DEMK

NGADA, itb.ac.id—Tim dosen dan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) dari Fakultas Teknologi Industri (FTI) melakukan pengabdian kepada masyarakat di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Senin (11/8/2025) hingga Rabu (13/8/2025). Kegiatan ini dikoordinasikan dan didanai oleh Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Layanan Kepakaran (DPMK) ITB, dengan fokus pada dua topik utama, yaitu pengolahan residu tempurung kelapa menjadi briket arang dan formulasi pakan ternak ayam petelur berbasis limbah pertanian lokal.

Kegiatan ini melibatkan Dr. Ir. I Dewa Gede Arsa Putrawan, M.T., Prof. Dr. Ir. Sanggono Adisasmito, M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., Dr. Vita Wonoputri, S.T., M.T., serta asisten mahasiswa.

Kabupaten Ngada di Nusa Tenggara Timur dikenal memiliki potensi besar di sektor pertanian yang telah menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat, termasuk potensi kelapa yang melimpah di Desa Inerie.

Sejak 2023, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB telah mendampingi warga desa untuk memproduksi minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil/VCO) dengan dukungan peralatan, pelatihan, dan strategi pemasaran. Tahun ini, pendampingan diperluas dengan memanfaatkan tempurung kelapa sebagai bahan baku briket arang, produk bernilai ekonomis dan ramah lingkungan yang berpotensi menembus pasar domestik maupun ekspor.

Di sisi lain, sektor peternakan di kabupaten ini masih menghadapi tantangan, khususnya pada produksi telur ayam petelur yang belum mampu memenuhi permintaan pasar. Untuk itu, ITB bersama Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Flores Bajawa mengembangkan formulasi pakan ternak berbasis limbah pertanian lokal, yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada pakan pabrikan dari luar pulau sekaligus meningkatkan produktivitas ternak.

Tim memberikan pelatihan teknis pembuatan briket, mulai dari pengolahan tempurung hingga proses pencetakan dan pengemasan. “Briket tempurung kelapa sangat potensial, permintaannya meningkat di banyak negara karena dianggap sebagai sumber energi terbarukan. Selain memberi nilai tambah, pemanfaatan limbah ini juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan,” ujar Dr. Arsa.

Dalam kunjungan ini, ITB juga menyerahkan sejumlah peralatan untuk mendukung keberlanjutan program di Desa Inerie, antara lain genset, peralatan VCO, kompor briket, alat penggiling arang, dan alat pencetak briket. Bantuan tersebut diharapkan dapat memperlancar proses produksi, meningkatkan kualitas produk, dan memperluas peluang pemasaran.

“Kami ingin desa ini menjadi contoh bagaimana sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara menyeluruh sehingga memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat,” tutur Dr. Arsa.

Sementara itu, ITB bersama Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Flores Bajawa berkolaborasi mencari formulasi pakan ayam petelur dengan memanfaatkan limbah pertanian lokal sebagai bahan baku utama. Upaya ini dilakukan dengan mempertimbangkan kandungan nutrisi yang paling sesuai bagi kebutuhan pertumbuhan dan produktivitas ayam, seperti keseimbangan protein, serat, energi metabolisme, serta vitamin dan mineral esensial serta ketersediaan bahan pakan lokal yang ada di daerah Bajawa.

Pendekatan ini tidak hanya bertujuan menekan biaya produksi dan mengurangi ketergantungan pada pakan pabrikan yang harus didatangkan dari luar pulau, tetapi juga mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan daya saing sektor peternakan di Kabupaten Ngada.

Selain pendampingan lapangan, tim ITB juga memberikan kuliah tamu di STIPER Flores Bajawa terkait dengan kedua topik ini. Kegiatan ini menjadi sarana transfer pengetahuan kepada mahasiswa agar mampu mengembangkan inovasi serupa di daerahnya masing-masing.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kabupaten Ngada ini merupakan wujud nyata sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat dalam upaya membangun desa berbasis inovasi. Melalui program Kampus Berdampak dan Merdeka Belajar, dosen bersama mahasiswa menghadirkan teknologi tepat guna secara langsung ke desa sehingga manfaatnya bisa segera dirasakan masyarakat.

Dalam kesempatan ini, sejumlah asisten mahasiswa, yaitu Jourdan Firdaus, Muhammad Farhan Firdaus, Muhammad Habibi Al Aziz, dan Marina Siregar turut berpartisipasi aktif di kegiatan, menjadi bukti konkret penerapan kebijakan Merdeka Belajar–Kampus Merdeka. Dr. Arsa menegaskan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam pengabdian tidak hanya memberikan pengalaman praktis, tetapi juga melatih mereka untuk belajar di luar kelas, mengembangkan keterampilan sosial, menumbuhkan empati, serta menanamkan rasa tanggung jawab sosial, yang sekaligus mencerminkan hakikat pembelajaran sebenarnya.

Dengan berakhirnya kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kabupaten Ngada, pendampingan ini diharapkan menjadi langkah berkelanjutan menuju kemandirian ekonomi berbasis potensi lokal.

Source : https://itb.ac.id/berita/itb-terapkan-inovasi-pengolahan-limbah-pertanian-untuk-kemandirian-ekonomi-kabupaten-ngada-ntt/62899